Pamer muka tebar pesona

Written By Unknown on Senin, 31 Desember 2012 | 11.37

MERDEKA.COM, Pemilihan presiden masih lebih dari setahun. Tetapi sepanjang tahun ini sejumlah tokoh, mulai musisi, pejabat negara, pengusaha, hingga politisi sudah cari muka kepada rakyat. Rupa-rupa cara digunakan, dari beriklan di media, menggelar diskusi, sampai blusukan menggalang dukungan. Contohnya Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie. Anda tentu melihat politikus ini sering nongol di iklan televisi.

Selain Aburizal, sejumlah nama lain ikut-ikutan mejeng, misalnya Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud M.D., Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindera) Prabowo Subianto, Ketua Dewan Penasihat Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo, hingga Raja Dangdut Rhoma Irama. Nama-nama tokoh itu acap kali muncul dalam iklan televisi atau panggung-panggung diskusi.

Menurut pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Ade Armando, dalam kontes pemilihan umum sehat, pengenalan tokoh memang diperlukan. Tokoh harus mulai diperkenalkan dalam rentang waktu lama, mulai dari wajahnya, gagasan-gagasan, dan program. "Rakyat harus tahu kualitas tokoh-tokoh itu, seberapa mampu, dan seberapa bersih mereka. Jangan sampai rakyat memilih berdasar kesan-kesan sesat," kata dia saat dihubungi merdeka.com lewat telepon selulernya Kamis pekan lalu.

Masalahnya, kata dia, selama ini pengenalan bukan menyentuh substansi, misalnya bukan dilakukan dengan cara diskusi-diskusi matang dan mendalam bagaimana cara mereka menyelesaikan persoalan Indonesia, tetapi hanya pencitraan. Mereka membangun kesan dengan mengulang-ulang iklan lewat media massa.

Bagi tokoh belum memiliki rekam jejak kuat, pencitraan dengan cara beriklan berulang-ulang dalam tempo lama menjelang pemilihan memang diperlukan. Misalnya bagi Aburizal Bakrie, Rhoma Irama, dan beberapa tokoh lain. Bentuk promosinya banyak, bisa lewat iklan menitan di media cetak atau elektronik.

Cara lain misalnya membuat acara-acara dan kegiatan massal. Mereka harus muncul terus agar pencitraan lebih positif dan dikenal masyarakat luas. Berbeda dengan pejabat negara seperti Mahfud MD. Mahfud lebih diuntungkan karena posisinya sebagai Ketua MK. Sebab tanpa beriklan, Mahfud sudah sering muncul di televisi.

Buktinya, jajak pendapat versi lembaga survei Indonesia (LSI), kualitas Mahfud paling diunggulkan maju sebagai calon presiden. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dijagokan di nomor dua, disusul Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskhan, bekas Menteri Keuangan Sri Mulyani, kemudian eks Presiden Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid.

Namun demikian, tidak semua iklan efektif. Ade mencontohkan bentuk iklan Aburizal Bakrie. Berdasar survei, elektabilitas ketua umum Partai Beringin itu rendah. Bila iklan hanya menunjukkan citra positif lewat kutipan-kutipan politikus dan anggota DPR tidak ada gunanya. "Iklan promosi memang perlu dan dibutuhkan, tetapi bukan hanya dengan pencitraan lewat iklan, namun juga melalui dialog dan diskusi yang baik."

Sumber: Merdeka.com

Anda sedang membaca artikel tentang

Pamer muka tebar pesona

Dengan url

http://hukumseo.blogspot.com/2012/12/pamer-muka-tebar-pesona.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pamer muka tebar pesona

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pamer muka tebar pesona

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger